Kesurupan, Logis atau Mistis? Part I (Kisah Nyata)

Well, kalau mendengar kata kesurupan atau Trance seringkali otak kita akan berpikir tentang seseorang yang tubuhnya sedang dikuasai atau dimasuki oleh jin dan sejenisnya.  Secara logis hal ini sulit dijelaskan, karena berhubungan dengan ketidak sadaran seseorang atas perilaku dirinya dalam suatu waktu.

Dalam dunia kedokteran, kesurupan termasuk dalam gangguan jiwa ringan atau neurotik. Kondisi ini dipercaya dapat menular ke orang lain. Biasanya seseorang yang mengalami kesurupan menunjukan beberapa gejala. Menurut seorang psikiatri, Dr Prianto Djatmiko, SpKJ, tanda-tanda yang muncul biasanya berupa keluhan-keluhan ringan, seperti pusing, keringat dingin, jantung berdebar, tubuh terasa lemas, pingsan beberapa saat, dan meronta ketika bangun.

Namun, tiap orang bisa saja menunjukkan gejala yang berbeda. Ada yang tidak merasa pusing dan lemas, tapi merasa tak tenang dan gelisah. Singkat kata, gejala yang muncul merupakan tanda terjadinya perubahan perilaku yang membuat seseorang menjadi nampak aneh.

Saat kesurupan seseorang menjadi gelisah sehingga mengakibatkan hilangnya kesadaran akan identitas dirinya sendiri. Kondisi ini dikarenakan seseorang mengalami perubahan identitas menjadi orang lain saat kesurupan. Adanya disorientasi lingkungan juga bisa menyebabkan terjadinya kesurupan. Seseorang yang merasa asing dengan lingkungannya akan mulai merasa gelisah dan lama kelamaan menjadi makin panik kemudian histeris. Ketika seseorang berteriak-teriak itulah biasanya seseorang dikatakan kesurupan (sumber: detik.com)

Tapi apakah alasan medis yang masih bisa diterima nalar dan akal ini sanggup menjelaskan adanya kasus kesurupan massal yang terjadi di sebuah tempat misalkan Sekolah-sekolah (beritanya sudah banyak dan berseliweran di media nasional).

Toh dunia medis hanya menyarankan pengobatan berupa suntikan obat penenang dalam dosis tertentu, manjurkah?

Lalu, apakah ada penjelasan lain mengenai seseorang yang berada dalam keadaan trance atau kesurupan? Sebelum menyimpulkan, coba simak baik-baik pengalamanku pribadi tentang kesurupan ini. Percaya atau tidak, aku yang selalu berpikir logis bahkan sedikit percaya bahwa kesurupan adalah suatu hal yang terkait dengan area mistis.

……

Waktu itu aku ditugaskan oleh kantor untuk melakukan pekerjaan 5 tahunan di wilayah Hulu Sungai Utara (Kalimantan Selatan) sekitar bulan Juli 2012, tepatnya di Amuntai. Pekerjaan ini harus diselesaikan dalam kurun waktu sekitar 1 minggu dengan ditemani petugas dari kabupaten lain yaitu sejumlah 8 orang (termasuk aku), 3 laki-laki dan 5 wanita. Kami memutuskan menginap di salah satu bangunan tua bekas kantor yang lokasinya berada di dekat Candi Agung (salah satu lokasi wisata di Amuntai) dengan alasan efisiensi. Singkat cerita di suatu malam (sekitar jam 9), kami kedatangan 2 orang tamu wanita (teman kami juga) yang membawa makanan ringan. Seperti yang kuduga sebelumnya, obrolan berlangsung seru dan ngalor ngidul karena kedua temanku  itu memang tipikal periang dan suka bercanda. Memang kalau dilihat sepintas obrolan kami sudah tidak sehat, karena becanda yang berlebihan dengan nada tertawa yang sangat keras (terbahak-bahak). Kami juga berpikir tidak masalah dengan hal itu, karena tempat menginap kami ini jauh dari perumahan penduduk.

Hingga di satu saat (sekitar jam 10.30) kami dikejutkan dengan suara bayi menangis (rasanya tidak mungkin ada bayi di kompleks perkantoran, karena emang menurut temen yang asli Amuntai tidak orang yang tinggal di sekitar situ), lumayan keras karena hampir sebagian besar dari kami mendengarnya (aku sendiri agak kurang jeli menangkap suara bayi tersebut karena terlalu larut dalam suasana canda yang cukup seru). Kami berhenti sejenak, tapi sesaat kemudian kami larut kembali dalam omong kosong tak berpenghujung. Salah seorang teman wanita kami sebut saja Yeyen masuk ke kamar (khusus untuk petugas wanita) dengan tatapan kurang suka dengan kedua tamu kami tadi karena dia merasa sudah capek dan ingin istirahat. Kami sempat mewanti-wanti agar dia tidak tidur sendirian, tapi dia berkeras untuk tidur. Salah seorang teman wanita kami sebut saja Jen berinisitaif menemani Yeyen tidur.

Sekitar jam 11 malam, kedua tamu kami pamitan pulang.

Selain Yeyen dan Jen, kami tetap melanjutkan obrolan yang semakin ngawur dan tak ada habisnya hingga aku merasa berada pada titik jenuh dan berusaha menghentikan semua obrolan tersebut. Akhirnya teman-teman menyepakati dan kami mulai masuk ke kamar masing-masing. Hingga 30 menit kemudian …. (Lanjut ke PART II)

1 comment

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: