Inovasi dalam Sepiring Nasi untuk Indonesia Mandiri

Seperti biasa, rutinitas kantor yang begitu melelahkan memaksaku kembali ke rumah di saat jam istirahat untuk makan siang. Perut ini seakan tahu bahwa seluruh organku perlu energi baru untuk kembali menghadapi pekerjaan yang menanti. Sejenak sambil menunggu istri menyiapkan makan siang,  kulemaskan otot-otot kaki, kurebahkan tubuh ini dan sedikit mengistirahatkan indera penglihatanku dari pancaran sinar laptop yang deras menerpa.

Setelah beberapa saat makan siang bersama dimulai, seleraku tergugah saat melihat sepiring nasi dengan sayur sop ayam, beberapa potong tahu dan tempe goreng tersaji di depan mata. Setelah berdoa, tak ayal dengan nikmat kusantap masakan istriku dan seperti biasa pujian dariku terucap tulus untuknya sebagai bukti nyata bahwa masakannya enak dan aku berterima kasih atas upayanya. Ada saja resep-resep masakan yang berbeda tiap hari sebagai teman sepiring nasi putih disajikan oleh istriku, dari kombinasi berbagai bumbu dapur, sayur dan lauk diramu dalam jangkauan inovasi tak terbatas menjadikan tiap santap makan siang nikmat dan tak membosankan. Begitu brilliant nya inovasi yang tersimpan dalam sepiring nasi dan akan melahirkan energi baru untuk melakukan inovasi-inovasi dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari.

Ngomong-ngomong tentang inovasi, pikiranku langsung melayang pada diskusi siang kemarin dengan beberapa teman dari dinas Ketahanan Pangan tentang target konsumsi dan stock padi yang harus disiapkan untuk menghadapi tahun 2013 di daerah kami. Diskusi yang cukup panjang dan menarik tentang inovasi-inovasi yang harus diterapkan untuk mencapai swasembada pangan (beras) di Kalimantan Selatan khususnya dan Indonesia pada umumnya, sebuah tema klasik yang rasanya masih di awang-awang untuk direalisasikan di tanah air tercinta.

Seperti yang kita tahu dari beragam cerita dan berita, pertanian merupakan salah satu identitas ekonomi yang khas dan menonjol pada sebagian besar negara-negara berkembang, Indonesia salah satunya. Dengan nilai share yang cukup tinggi pada Produk Domestik Bruto, sektor pertanian masih menjanjikan untuk terus dikembangkan, hal ini dikarenakan beberapa bentuk kontribusi yang disumbangkan sektor pertanian secara langsung maupun tidak langsung terhadap laju pembangunan ekonomi bangsa diantaranya adalah:

  1. Kontribusi produk, berupa ketergantungan sektor-sektor ekonomi lainnya terhadap pertumbuhan output sektor pertanian.
  2. Kontribusi pasar, peran sektor pertanian sebagai sumber penting dalam pertumbuhan permintaan domestik bagi produk-produk dari sektor-sektor ekonomi lainnya.
  3. Kontribusi faktor-faktor produksi, sebagai sumber modal untuk investasi di sektor-sektor ekonomi lainnya.
  4. Kontribusi devisa, dalam bentuk ekspor hasil-hasil pertanian atau berupa peningkatan produksi pertanian dalam negeri untuk menggantikan impor

Sektor pertanian khususnya pertanian tanaman pangan selalu diidentikkan dengan beras atau padi yang telah menjadi penyokong perkembangan masyarakat pedesaan sejak tahun 1970, merupakan bahan makanan pokok bagi mayoritas penduduk di Indonesia. Selain itu padi juga merupakan pendapatan atau mata pencarian musiman bagi sebagian besar masyarakat pedesaan.

Sebuah kalimat sederhana yang membuat komoditi ini merupakan kunci vital bagi keberlangsungan hidup bangsa yaitu “orang Indonesia tiap hari makan nasi/beras meski beras tidak bisa setiap hari diproduksi”. Kalimat sederhana tersebut dimaksudkan bahwa keberadaan beras setiap harinya adalah mutlak dan perlu penanganan khusus yang mengacu pada kondisi sosiologi masyarakat Indonesia.

Perlunya penanganan khusus ini terlahir dari pola produksi beras yang sebagian besar masih bersifat musiman. Ketika permintaan terhadap beras cenderung meningkat seiring bertambahnya populasi penduduk, sementara ketersediaan produksi beras dalam negeri pada waktu diantara masa panen tidak sanggup lagi memenuhi permintaan tersebut maka akan ada ketimpangan penawaran dengan permintaan yang melahirkan kenaikan harga (inflasi), yang tentunya dapat meresahkan konsumen. Di sisi lain, pada saat panen raya yang cenderung serentak di hampir seluruh wilayah Indonesia dan diasumsikan permintaan terhadap beras konstan, yang terjadi selanjutnya adalah ketimpangan permintaan dengan penawaran yang melahirkan penurunan harga (deflasi), kali ini yang dirugikan adalah petani.

Fluktuasi harga beras secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh pada fluktuasi harga komoditi penting lainnya yang akhirnya menimbulkan keresahan sosial dan ekonomi. Sehingga dapat dikatakan bahwa beras dan bahan pangan merupakan salah satu kunci vital dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional.

Fungsi vital dan kompleks ini tentunya merupakan tanggung jawab besar pemerintah untuk melakukan campur tangan dalam menjaga stabilitas ketahanan pangan nasional melalui kebijakan-kebijakan kondisional. Kebijakan kondisional yang bersifat preventif ini terkait dengan produksi padi  dan bahan pangan lainnya selama waktu antar panen dan saat panen raya yaitu ekspor dan impor. Kebijakan ekspor atau impor yang tidak tepat dapat merugikan konsumen maupun petani, misalkan impor terhadap bahan pangan yang berlebihan, sementara stock pangan dalam negeri masih cukup, hanya akan memperberat neraca pembayaran, membentuk karakter masyarakat yang import minded dan lambat laun akan membahayakan prospek komoditi pangan dalam negeri.

Secara sederhana dapat dikatakan selama kebutuhan akan pangan penduduk Indonesia melebihi ketersedian bahan pangan, maka hal ini akan bermuara pada kebijakan impor bahan pangan dari negara lain dalam jumlah yang cukup mencengangkan. Bahkan ramai kita dengar dan terpapar dengan sangat jelas fakta bahwa kita sampai sekarang masihlah menjadi negara pengimpor beras, kedelai, cabai bahkan singkong. Sebuah ironi yang cukup aneh, karena nusantara “dulu” sering diagung-agungkan sebagai pusat pangan dunia yang begitu terkenal dengan pertanian dan rempah-rempahnya. Berbagai langkah yang dilakukan pemerintah masih jauh dari kata “cukup” untuk menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia. Selain kebijakan pembangunan yang masih industry oriented , ketidakberpihakan pada kemakmuran petani menjadi salah satu alasan utamanya. Mahalnya biaya produksi dan operasional yang meliputi benih, pupuk, irigasi dan sebagainya tidak diimbangi dengan harga jual produk pertanian itu sendiri. Naas memang, petani yang selama ini diandalkan dalam menyokong kebutuhan pangan nasional seolah terkapar tak berdaya. Tak ayal, dalam pikiran generasi muda terpatri sebuah statement “ jadi petani gak akan bisa kaya”. Secara tidak langsung  makin sedikit saja pemuda yang ingin jadi petani sehingga perlahan tapi pasti kemandirian pangan di bumi pertiwi hanya akan tetap menjadi mimpi.

Sekaranglah saatnya untuk bangkit dari ketergantungan bahan pangan impor, masa iya kita masih dan tetap akan makan nasi, sayur, sambal atau bahkan lauk pauk dari negeri orang? Tentu tidak bukan?

Pembangunan nasional dan kebijakan pemerintah dimulai dari kemauan politik (political will) pemerintah yang mengarahkan perekonomian Indonesia berimbang dan saling mendukung antara sektor pertanian dan sektor industri.Penambahan luas sawah pada daerah lumbung pangan, kemudahan dalam kredit usaha khusus pertanian, akses luas dan mudah terhadap bibit unggul, pupuk bersubsidi, pelatihan terhadap petani, pemberian insentif pada petani, pembentukan komunitas petani dan peningkatan secara emosional terhadap gairah bertani penduduk Indonesia khususnya daerah perdesaan.

Tidak hanya pemerintah, pembentukan karakter cinta petani dan pertanian sudah dan harus mulai digalakkan dalam semangat generasi muda kita. Diringi dengan inovasi dalam penerapan teknologi pertanian dan pemasaran produk-produk pertanian dalam skala lebih luas dengan cara yang lebih atraktif dan modern.

Pada akhirnya kesemua langkah dan inovasi yang di arahkan pada pembangunan sektor pertanian dimaksudkan untuk untuk meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja dan mendorong pemerataan kesempatan berusaha. Lambat laun dan pasti akan tercipta ketahanan pangan dalam negeri yang kokoh dan kuat, hingga membuat kita Bangsa Indonesia kembali disegani karena kemandirian dalam masalah pangan dan menjadi salah satu penopang utama kebutuhan pangan dunia.

Perumusan kebijakan yang menyatu dengan berbagai inovasi di bidang pertanian untuk kemandirian pangan bangsa Indonesia dimulai dari sepiring nasi yang biasa kita konsumsi sehari-hari.

Tanya pada diri kita sendiri, inovasi apa lagi yang dapat kita ciptakan untuk Indonesia agar lebih mandiri?

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: