Harley Davidson versus Honda Megapro
Sebenarnya jika ditilik dari judul, perbandingan antara kedua jenis sepeda motor jelaslah tidak imbang dari berbagai sudut apalagi harga. Lalu ada apa dengan perbandingan kedua motor tersebut?
Memperoleh kepercayaan untuk mewawancarai responden yang cukup “merepotkan” merupakan pengalaman yang sangat berharga. Responden ini bisa dari golongan masyarakat manapun, pejabat pemerintahan, kuli, buruh, dosen, polisi, pengusaha besar, manager perusahaan bahkan hingga anggota dewan. Nah, kali ini aku mendapatkan tugas untuk mewawancarai seorang responden yang cukup disegani di sebuah wilayah karena beliau ini adalah “habib”, apa itu habib? Cari tahu sendiri yah. Beliau juga berprofesi sebagai pengusaha batubara. Dapat ditebak dari profesi beliau, rumahnya tergolong mewah, dengan beberapa mobil koleksinya dan sederet perabotan mahal yang menghiasi segenap penjuru rumah.
Untuk mewawancarai beliau, benar-benar harus bersabar dan ekstra hati-hati. Bersabar karena tidak mudah membuat janji untuk jadwal wawancara. Hati-hati karena beliau adalah habib, jangan sampai menyinggung perasaan beliau.
Ketika jadwal itu tiba, aku bergegas menuju ke-TKP. Waktu itu aku mengendarai Honda Megapro yang aku parkir di depan rumah beliau, tepatnya di luar pagar rumah beliau (di pinggir selokan kecil). Setelah kukunci stang dan merasa posisi motor aman, aku melenggang ke-rumah beliau untuk say “assalamualaikum” tanda bahwa saya siap menagih janji jadwal wawancara yang telah disepakati.
Sebelum wawancara dilakukan beliau mengidupkan harley davidson nya, mungkin untuk dipanasi. Jangan ditanya, suaranya mirip tembakan meriam yang tak henti-henti terdengar … brrruuummm … bruuuummmm…. Sungguh memekakkan telinga. Getarannya juga sangat terasa bahkan hingga radius jarak yang cukup jauh dari si harley. Setelah beberapa saat, wawancarapun dilakukan meski dengan aroma “tidak menyenangkan” karena sikap beliau yang awalnya terkesan ogah-ogahan (btw, aku ini pencari data atau pengemis data sih?).
Kemudian beliau mematikan harley untuk melanjutkan wawancara, pas saat beliau mematikan Moge nya. Tiba-tiba terdengar “Bruuuaaaaaakkk”, seperti suara sepeda jatuh. Aku tak bergeming tetap fokus dengan wawancara, ngerasa bahwa motorku amanlah dari posisi jatuh. Mungkin sepeda atau motor tetangga atau siapaa gitu yang jatuh, karena pembantu si responden sudah memastikan bahwa tidak ada apa-apa (tidak ada apa-apa versi pembantu berarti bahwa sepeda/motor majikannya aman). Wawancarapun dilanjutkan, alhamdulillah kok wawancara berjalan lancar dan menyenangkan yah? Bahkan responden juga cukup antusias setelah ku jelaskan manfaat survey ini berikut “ember” yang ku tambahkan di sana-sini. Seandainya semua responden paham bahwa survey yang dilakukan BPS itu memang menyenangkan, tak ada kaitan dengan pajak dan langkah kecil dalam pembangunan bangsa yang secara tak langsung juga membangun kehidupan si responden agar lebih baik.
Setelah pamit, aku berjalan menuju motorku. Alangkah terkejutnya diriku, motorku tidak ada di tempatnya. Waduuuhhh, jangan-jangan ada yang nyuri. Kulemparkan padanganku ke berbagai arah, alhamdulillah ternyata motorku ada di seberang jalan agak jauh dari rumah si responden. Dua temanku melambaikan tangannya, tanda bahwa motorku aman bersama mereka. Setelah aku dekati, tuh motor kok aneh yah, spion bengkok, bodi motor lecet-lecet, pedal robek, spion pecah, bemper bengkok mepet ban belakang. Perasaan tadi sebelum wawancara baik-baik saja. Tanpa ku tanya, teman-temanku menjelaskan segalanya tentang motorku yang jatuh dengan sendirinya di luar pagar rumah si responden, tepat di antara selokan. Busyeeett … berarti suara “bruuaaaakkk” yang kudengar selama wawancara tadi adalah motorku? Ko bisa yah? jangan-jangan getaran Harley Davidson tadilah yang rupanya membuat Megapro-pun tak kuasa berdiri tegak dan akhirnya rubuh. “itu baru kena getarannya, gimana kalau di senggol yah?” celutuk temanku menanggapi kejadian ini yang diringi tawa teman-teman yang lain, hahahaha… ada-ada saja. Hmm … lumayanlah bisa buat orang ketawa (pikirku) sambil sesekali tersenyum kecut melihat kondisi megapro saat itu.
Waktu itu dan sampai sekarangpun, aku tak bisa berhenti memikirkan kejadian itu “kok bisa yah?”
ditabrak kaliiiiii *su’uzhon*
diawasi ma temen2 yang kebetulan di depan rumah responden… ajaib, jatuh sendiri tidak ditabrak