Warung Jablay
“lai lai lai lai lai lai …. Panggil aku si jablai, abang jarang pulang aku jarang dibelai” Lagu jablai (yang bener JABLAI atau JABLAY sih?) yang dipopulerkan oleh Titi Kamal lewat filmnya yang berjudul “mendadak dangdut” sudah begitu melekat di hati masyarakat Indonesia, termasuk kita tentunya (kita???).
Lalu apa hubungannya lagu Jablai dengan Warung sesuai dengan judul posting ini? sssttt … ini rahasia. Mungkin ini fenomena lama dan cerita klasik yang sudah begitu meluas keberadaannya di beberapa “warungers”. Kalau dideskripsikan, temans akan langsung bisa nebak dan akhirnya berkata “oaaallaaahhhh…. Itu to, tak kira apa”. Yup, warung jablai sebuah fenomena unik yang kini sedang melanda daerah pinggiran di kota Banjarmasin khususnya daerah atau jalan utama menuju Marabahan (via jembatan Rumpiang, half of Sidney gate).
Dinamakan warung jablai karena memang peruntukan atau pangsa pasar yang segmented untuk para lelaki jablai atau jomblo atau single atau mungkin pria beristri namun masih ingin “lirik sana lirik sini”. Pengunjung warung-warung jablai ini lumayan banyak, semakin larut malam maka warung akan semakin ramai apalagi pas malam minggu (banyak jablai soalnya), Apa yang “unik” dari warung jablai ini? menurut pengamatan saya dan cerita dari dua sumber terpercaya sebut saja T dan H, warung ini sekilas memang hanya seperti warung-warung yang menjual minuman di pinggir jalan seperti biasa pada malam hari. Ada minuman (teh, kopi, Es dsb), makanan ringan, dorengan (wadai), mie instan, rokok dan sejenisnya. Ada penjual yang melayani para pembeli. Penerangan juga cukup memadai, jauh dari kata “remang-remang” seperti warung-warung aneh lainnya.
Tunggu, kok sama saja dengan warung yang biasa kita datangi yah?
Weiittss, sudah gak sabaran yah? Yang membedakan dengan warung biasa adalah pelayannya. Pelayannya rata-rata adalah gadis muda belia dengan make up tebal, kulit putih, dibalut dengan baju stylish yang seksi dan ketat, aksesoris yang cukup menarik dan gaya yang cukup atraktif. Pelayan ini tidak sekedar bertugas untuk menyuguhkan minuman atau makanan yang dipesan pelanggan, akan tetapi harus menemani pelanggan. Mulai dari saling bercakap-cakap hal-hal yang gak penting (bahkan terkesan jorok atau tabu), tukar-tukaran nomor handphone hingga sesekali mata para pelanggan (yang mayoritas lelaki) mencuri pandang entah ke arah mana. Tapi semua masih dalam tahap “gak vulgar”, meski menurut saya sih udah lebay. Ohh iya, sering kali kalau ada pertanyaan iseng dari pelanggannya misal “sudah punya pacar ding (dik)?”, kebanyakan sang pelayan akan menjawab “belum kak ai”, sambil tertawa manja dengan tambahan kalimat yang dibuat-buat seperti “mana ada lakian yang handak lawan ulun”. Lebih sopan dari warung “remang-remang” yang kita pikir? Mungkin saja, tapi itu saja sejauh yang saya tahu. Kalau setelah tukeran nomor HP terjadi “apa-apa”, yah itu di luar pengetahuan saya (jangan berharap lebih yah? Saya tidak bakat untuk investigasi masalah ginian..hehehe). Hendak mencoba? Atau sekedar iseng membuktikan cerita ini? Uppssss, tunggu dulu. Siapkan kocek lebih dalam, karena jika biasanya kita membeli segelas Teh Manis seharga 2000 perak maka di warung jablai kita akan dikenakan tarif yang lumayan mahal “suka-suka” pelayannya tadi. Misal kita tanya “habis berapa ding? Teh manis, wadai tiga dan rokok satu bilah”, jangan kaget ketika si pelayan menjawab “Empat puluh ribu, kak ai”. Kok bisa mahal yah? Si pelayan sepertinya punya tarif tersendiri terhadap “biaya” di luar makanan atau minuman yang kita pesan tadi. Sepertinya dia punya standar tersendiri, kalau hanya ngobrol biasa maka tarifnya segini, kalau tukeran nomor HP tarifnya jadi segini dan kalau ngobrol “panas” maka tarifnya akan beda juga.
Saran saya sih, jauhi saja dan tak usah mencoba wahai temans. Selain mahal juga bisa jadi membuka pintu maksiat untuk melakukan “perbuatan” yang gak asyik dan berdosa berikutnya. Be safe and smart.
(sumber gambar: http://motivasisatujam.blogspot.com)
Semakin aneh-aneh saja ya….
begitulah manusia bro
wah. . .emang bnr bro,,
para jablay malah jd smkin merajalela..wahahaha
hahaha… makanya ada gula pasti ada semut. Salam kenal om lah 🙂