Sekarang, Sayalah CEO Bakrie Group

Sekilas penjelasan mengenai konsep dan definisi CEO (sumber: Wikipedia)

CEO (Chief Executive Officer) atau dalam bahasa indonesia adalah (Pejabat Eksekutif Tertinggi) merupakan jabatan tertinggi di suatu perusahaan dan mempunyai tugas untuk memimpin suatu perusahaan dan bertanggung jawab untuk kestabilan perusahaan tersebut. Namun, titel CEO sering mempunyai banyak tafsiran dalam penggunaannya, karena sering diasosiasikan sebagai President atau Direktur Utama dalam suatu perusahaan. Dan, dalam banyak organisasi CEO malah digambarkan lebih penting daripada President Director perusahaan. Sebab, ia mempunyai tugas yang lebih luas daripada President Director dan sering juga dikombinasikan dengan Chairman of The Board. Disamping itu, terdapat pula CEO yang memiliki peran ganda. Artinya, selain sebagai Chief of The Board (formal), ia juga sebagai Chief of Operational Officer.

Menjadi CEO (Chief Executive Officer) sebuah perusahaan tidak terbersit sedikitpun dalam benak saya, apalagi membayangkan menjadi CEO group perusahaan sekelas Bakrie Group. Melalui artikel ini, ijinkan saya berbagi sedikit “Andai saya adalah CEO Bakrie Group”. Dengan analisis singkat mengenai kekuatan, kelemahan dan peluang yang dimiliki oleh Bakrie Group serta ancaman-ancaman yang akan atau mungkin sedang dihadapi.

1.       Strengths

Aset besar merupakan sebuah kekuatan bagi sebuah perusahaan, akan tetapi bisa menjadi kelemahan jika tidak di manage dengan baik. Aset Bakrie Group tidak melulu soal modal dan investasi, tetapi juga nama besar Bakrie, relasi dan jaringan bisnis, SDM yang berkualitas, kompeten, jujur dan loyal, tim yang solid, sistem kerja yang sehat dan konsistensi track record dalam mencetak kesuksesan dalam segala aspek bisnis.

Nama besar “Bakrie” merupakan kekuatan yang paling utama di antara beragam kekuatan yang dimiliki Bakrie Group. Jaminan awal terhadap keberlangsungan bisnis, penyumbang PDB (pertumbuhan ekonomi) dan penyokong nafas aktivitas sosial masyarakat. Oleh karena itu dengan nama ini, saya sebagai CEO akan menggunakannya untuk menjalin relasi yang semakin luas. Luas dalam artian menyentuh beragam lapisan masyarakat baik dalam maupun luar negeri. Jaringan dan relasi bisnis inilah yang menjadi sumber kekuatan Bakrie berikutnya. Akses, opini, persepsi positif dan fasilitas berupa support moril maupun materiil juga mengalir dengan cepat dan deras, imbasnya melancarkan geliat usaha Bakrie Group saat ini dan kedepannya.

Konsistensi membangun relasi dan jaringan juga harus dibarengi dengan kinerja yang positif. Kinerja positif atau negatif dipengaruhi banyak faktor salah satu faktor utama yaitu pekerja atau Sumber Daya Manusia (SDM). Pekerja atau karyawan ini haruslah merupakan orang-orang pilihan dengan kompetensi, sifat dan perilaku yang berkualitas. Sehingga garda terdepan yaitu HRD dalam menelurkan karyawan pilihan ini harus benar-benar “sakti”. Karena bagaimanapun juga tak terbantahkan bahwa pekerja atau karyawan merupakan salah satu sumber energi utama yang membuat perusahaan tetap berdenyut.

Dengan bermodal karyawan berkualitas, maka tim yang solid dan loyal terhadap Bakrie Group lebih cepat dan mudah dibentuk. Tim ini sudah harus mulai dibangun dari lini paling bawah hingga atas. Dalam jangka panjang SDM inilah yang nantinya menopang keberlangsungan cita-cita utama Bakrie Group untuk mengaktualkan diri dalam pembangunan nyata terhadap negeri.

Kekuatan selanjutnya untuk menjaga aset SDM adalah sistem kerja yang sehat yang berorientasi terhadap kesejahteraan dan pemenuhan kebutuhan karyawan baik moril maupun materiil. Sehingga tidak lagi ada karyawan yang “mengundurkan diri” dengan alasan “tidak betah” bekerja di perusahaan. Loyalitas karyawan akan tetap berlangsung dengan dukungan sistem kerja ini. Sehingga tim pun bisa bekerja dengan baik, tepat, efektif dan solid dalam mencapai target perusahaan.

Pencapain akhir dengan dukungan kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh Bakrie Group adalah tercapainya kesuksesan dalam segala aktivitas Bakrie Group yang semakin menunjukkan kinerja nyata demi pembangunan negeri.

2.       Weaknesses

Kekurangan atau kelemahan juga merupakan sebuah kelebihan atau kekuatan jika dapat di kelola dengan bijak, itulah prinsip saya sebagai CEO Bakrie Group. Selama ini masih ada kesan miring dan nada pesimistis terhadap Bakrie Group tentang baktinya terhadap negeri dalam artian yang lebih khusus yaitu turut serta mensejahterakan bumi Indonesia beserta masyarakatnya, hal ini diperparah dengan berita media yang kadang hanya memberitakan sepihak dan tidak berimbang tanpa unsur subyektifitas atau minimal melakukan konfirmasi secara komprehensif terhadap masalah yang sedang membelit Bakrie Group. Lemahnya sistem informasi dan lambannya klarifikasi dalam menangkal segala isu miring yang menerpa Bakrie group merupakan sebuah celah yang harus segera ditutup. Jangan sampai isu miring yang berubah menjadi fitnah berkembang menjadi pembunuhan citra yang imbasnya pada penurunan kepercayaan relasi bisnis, terlebih-lebih masyarakat umum.

Oleh karena itu, perlunya dibetuk tim yang secara khusus menangani masalah “perusakan” citra ini. Public speaking merupakan kunci dalam membangkitkan kepercayaan relasi dan masyarakat yang tidak bisa dianggap remeh. Klarifikasi dan informasi itu penting, akan tetapi tak kalah penting adalah kinerja nyata yang secara langsung mupun tidak langsung dapat dirasakan segala lapisan masyarakat.

3.       Opportunities

Berbicara peluang-peluang di masa mendatang yang bisa diambil oleh Bakrie Group, tentunya perlu dilakukan analisis terhadap kondisi perusahaan yang berada di bawah Bakrie Group One by One di masa mendatang. Serba abu-abunya kondisi masa depan karena tak seorangpun tahu kecuali Tuhan, maka  perlu dilakukan forecasting atau peramalan terhadap kondisi perusahaan. Forecasting dapat dilakukan dengan pendekatan time series analysis pada data keuntungan atau kerugian yang diderita perusahaan. Dari analisis ini dapat diketahui profit targeting yang diharapkan diraih masing-masing perusahaan pada satu periode bahkan 10 periode ke-depan. Selain itu juga dapat memberikan gambaran mengenai strategi apa yang harus diterapkan pada masing-masing perusahaan ke-depannya.

Kemungkinan hasil ramalan akan menunjukkan tiga hal berbeda bagi tiap perusahaan. Hasil ramalan pertama adalah keuntungan diprediksi masih akan realistis dan menanjak, sehingga peluang bagi sebuah perusahaan untuk berkembang dan mengembangkan diri masih cukup besar. Hasil ramalan kedua adalah keuntungan diprediksi terus menurun bahkan dalam tahap kerugian yang semakin membesar. Hal ini bukanlah berita baik, perlu strategi khusus untuk “meramu” perusahaan ini. Dipertahankan, dialihkan atau dihapus, tentunya keputusan besar yang harus diambil secara bijak oleh saya sebagai CEO dan jajaran petinggi di Bakrie Group. Hasil ramalan ketiga adalah bahwa keuntungan yang akan diperoleh perusahaan cenderung stagnan. Kondisi ini berimbas pada strategi yang harus diambil yaitu strategi bersifat “defensif”. Maksudnya adalah perusahaan dalam kondisi “jenuh”, prestasi yang ada perlu tetap dipertahankan. Akan tetapi kejadian ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut, perlunya dilakukan ekspansi  bisnis di “lahan” yang berbeda.

Observasi dan penelitian mendalam juga harus dilakukan untuk menggali data yang valid, akurat dan up to date terhadap potensi di suatu wilayah atau daerah yang dapat dijadikan ekspansi usaha atau bahkan dikembangkan menjadi sebuah unit usaha baru. Memperoleh data untuk menggali potensi usaha bukanlah sebuah perkara mudah dan murah, akan tetapi tanpa hal ini akan banyak sekali potensi yang cukup cerah terlewat begitu saja.

4.       Threats

Dalam perjalanan membangun negeri dan mengarungi segala aspek bisnis dan kehidupan berbangsa, tentunya tak akan lepas dari duri yang bertebaran sepanjang jalan. Ancaman yang kemungkinan mengganggu jalannya roda perusahaan dalam naungan Bakrie Group bisa berasal dari mana saja, internal maupun eksternal.  Ancaman yang timbul dari dalam (internal) adalah ketika mindset pekerja berubah dari bekerja untuk ibadah dan demi keberlangsungan pembangunan bangsa menjadi bekerja hanya untuk uang dan uang (money oriented). Karena dengan mindset seperti ini, akan berpotensi menimbulkan sikap saling sikut, bersaing dengan cara yang tidak sehat, saling menjatuhkan dan beragam konflik internal yang bermuara pada ketidakharmonisan antar pekerja. Hal ini jelas akan menjadi sebuah gangguan yang cukup sulit diatasi. Jika dibiarkan akan menggerogoti stabilitas perusahaan dari dalam. Hal ini semakin meradang ketika diperparah dengan “oknum” yang dengan sengaja mengambil keuntungan besar dari perusahaan akan tetapi sumbangsihnya NOL besar.

Dalam mengatasi hal ini diperlukan proses penanaman konsep dan definisi bekerja yang berorientasi pembangunan negara secara berkelanjutan. Tidak hanya saya sebagai CEO dan jajaran direksi, akan tetapi berbagai lini atau tingkatan pekerja dengan konsep role model yang memiliki konsekuensi diberlakukannya reward dan punishment yang lebih nyata.

Ancaman besar berikutnya adalah pembentukan opini negatif yang dengan “sengaja” maupun “tidak sengaja” dihembuskan “lawan” yang tidak senang dengan kesuksesan misi yang diemban Bakrie Group. Sehingga membuat media semakin agresif memberitakan keburukan daripada prestasi yang ditorehkan Bakrie Group. Terkadang, bagi media “bad news is good news”. Dalam hal ini perlu dilakukan counter berimbang dengan cepat, cermat dan cerdas. Tak perlu berlebihan dalam menyampaikan pembelaan, karena dewasa ini masyarakat semakin kritis dan cerdas dalam menangkap dan memproses sebuah informasi.

Demikianlah angan-angan yang akan saya lakukan jika saya menjadi CEO Bakrie Group. Terlalu berat atau bahkan terlalu ringan ya? Meskipun hanya angan, tampaknya menjadi CEO bukanlah suatu perkara mudah. Dia tidak bekerja dengan sifat klasik “bossy” melainkan lebih ke arah “profesional”. Bukan konsep sederhana menyuruh orang/pekerja seenaknya tunjuk sana tunjuk sini, akan tetapi bagaimana meramu sebuah seni memainkan strategi dalam mengelola kerajaan bisnis dan segala unsur di dalamnya dengan penuh tanggung jawab.

Tekanan, ancaman, rintangan akan selalu mengiringi. Stres, jenuh, penat akan senantiasa menemani. Waktu luang, energi untuk istirahat, kesenangan bahkan harus ditepiskan jika diperlukan. Sungguh, saya katakan sekali lagi bukanlah pekerjaan yang menyenangkan buat saya pribadi.  Meskipun ini merupakan pekerjaan yang sangat mulia jika diniatkan untuk ibadah terlebih untuk membangun negeri ini secara nyata.

Akhir kata setelah me-review tulisan saya dalam berandai-andai menjadi CEO Bakrie Group, saya hanya bisa berdecak kagum dan salut dengan siapapun yang telah, sedang dan akan menjadi CEO Bakrie Group dengan tanggung jawab yang menurut saya “amatlah berat”.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: