Darken Ex-OIL (malu)
Sebenarnya saya malu berbagi kisah ini, benar-benar memalukan. Tapi kalau diingat-ingat jadi lucu kesannya, bahkan sering jadi olokan “teman-teman” yang kebetulan di TKP saat kejadian ini terjadi. Tepatnya waktu itu sedang ada kegiatan survei yang meliputi wilayah Kabupaten/Kota di Kalsel, survei ini memastikan saya harus keliling Kalsel mengumpulkan data dari satu remaja ke remaja lain. Capek bukan main, tapi namanya tugas negara ya harus rela dilaksanakan.
Waktu itu kami (saya, Pak Masfiannoor dan Kak Dewa) sedang menikmati rehat dan bermaksud untuk menghabiskan malam dengan makan malam di salah satu warung “Lamongan” di pinggiran jalan kabupaten Banjar (Martapura). Seperti pada umumnya warung lamongan biasanya menyajikan menu lalapan dengan lauk ayam, itik, seafood yang mayoritas digoreng. Waktu itu saya pesan ikan gurame kalau tidak salah.
Sambil nunggu pesanan kami siap, seperti biasalah kami ngobrol ngalor-ngidul becanda ngetan ngulon yang memang kerap kami lakukan di segala suasana. tak sengaja saya dan kak dewa liat “dapur” si penjual. Kelihatan banget minyak yang dipake untuk menggoreng adalh minyak “jelantah” atau bisa disebut minyak bekas. Menurut saya sih gak masalah minyak bekas, tapi ya mbok jangan sampai Huiiitaaaammmmm (hitam banget-Jatim dialek). Gak banget deh buat kesehatan pencernaan kita apalagi da info serem tentang bahaya minyak goreng bekas (lebih dari 3x) yang meningkatkan resiko kanker.
Langsung deh kami bercelutuk ria dalam bahasa yang “menurut” saya gak akan dimengerti oleh si penjual yaitu Bahasa Inggris, bla … bla …. bla …. yah macem-macem yang kami obrolkan mulai kondisi warung, jualannya, minyak gorengnya, si penjualnya … obrolan itu semua dalam khasanah “KRITIK TAJAM”. Waktu itu bahasan yang paling banyak tentang black oil, darken Ex-Oil, 2nd OIL dan sejenisnya.
Tak disangka tak dinyana, ternyata si penjual langsung menyuruh anak-buahnya untuk mengganti Minyak Goreng “hitam”nya dengan minyak goreng yang baru. Seolah-olah dia bisa mengerti apa yang kami obrolkan. OMG malunyaaaa….. sumpah, maluuuuu banget. Tapi yah pura-pura aja kami gak liat, sambil makan dengan perasaan malu.
Yah dapat pelajaran hidup lagi nih temans, jangan gossipin orang deh apalagi tuh orang di-depan kita. Meski pake bahasa “Korea” sekalipun, kali-kali aja si penjual ngerti.